cantik itu adanya di mata,
rasa itu adanya di hati.
Kenapa rasa harus di hati coba?
kenapa gak di kuping? atau di hidung? atau di siku?
Jadi kalau luka atau patah, kan gampang.
kita bisa liat, seberapa lebar lukanya, seberapa parah patahnya,
tinggal di kasih betadine, atau diperban, dijait dikit, beres persoalan.
Kalau di hati,
di rontgen aja gak mempan,
mau dikasih betadine? ditenggak betadinenya maksud lo?
mau dijait? dijait maho?
mau diperban...? hhh...
Kenapa rasa itu harus di hati?
Kenapa gak di dengkul? kenapa gak di jempol kaki?
Kalau luka, kita tau hati ini bedarah,
tapi gak bisa diliat, gak bisa diapa2in,
paling ngusap dada, sambil komat-kamit, "sabar ya hatiii...."
Kalau hati ini patah,
berserak, gak ketauan serpihannya bertebaran di mana
sehingga setiap kali patah,
gak mungkin hati ini akan kembali utuh,
karena serpihan dan patahannya gak pernah bisa sempurna dikumpulkan.
Teluk Dalam, 15 Desember 2006