Pagi itu, kita hanya terpisah oleh sebuah meja, begitu dekat, sampai-sampai aku tak sanggup menoleh untuk memandangmu, takut mata ini akan mengkhianatiku, dan menyampaikan segala rahasiaku padamu.
Maka aku memilih berpaling, memandangi hujan yang masih turun,
sudah berapa kali hujan yang kita bagi bersama? berapa kali basah yang kita habiskan bersama?
Duduk bersisian, dihangatkan oleh percakapan-percakapan yang terus mengalir digenangi tawa. Bukankah bosan tak pernah hinggap ketika kita bersama?
Hujan kali ini,
setiap rintiknya seperti jarum yang menancap dan menimbulkan sakit di seluruh syaraf
bahkan suara derasnya pun tidak lagi menyejukkan.
Aku menoleh, kamu masih di sana, terasa jauh dan asing.
-Teluk Dalam, 11 Desember 2006-