Monday, December 11, 2006

Rindumu bukan untukku



Aku tahu,
Rindumu bukan untukku, tak pernah untukku.

(Puntung rokok yang berserakan...
Jika mereka dapat bicara,
akan mereka katakan bahwa bukan aku yang kau cari diantara kepulan asap).

Dan tetap saja,
Kata-katamu selalu terngiang, senyummu selalu di sana, kemanapun aku berpaling
seperti gerimis pagi hari yang begitu manis dan menyejukkan.

(Ketika, kita duduk bersebelahan, dan kau mengaduk langit malam dengan resahmu,
Sepotong hati jatuh seperti daun kering musim gugur
karena resahmu tak pernah untukku.)

Rinduku untukmu begitu kelabu,
Namun kucipratkan warna, dan berpura-pura melukis pelangi.

Teluk Dalam, 24 November 2006

2 comments:

The Way I See It said...

aaah....cinta, dari dulu selau begitu, deritanya tiada akhir -Pat Kai, Kera Sakti-

rasakata said...

yah ampun...
kalo sarjana cinta aja udah kasih komen kayak gini, gw pasrah aja deh... :P